BANTEN- Di tengah penderitaan yang dialami etnis Uyghur saat ini, Majelis Nasional Turkistan Timur (Uyghur) tak melupakan korban bencana tsunami di Selat Sunda.
Mewakili 35 juta etnisnya di Xinjiang, Cina, Seyyit Tumturk, Abdul Kadir Tumturk dan Gulbakhar Cililova dari Majelis Nasional Turkistan Timur menyambangi langsung lokasi terdampak tsunami di Desa Sumber Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten pada Selasa, 15 Januari 2019.
Di sela-sela penyaluran bantuan, Gulbahar Cililova menghampiri sebuah rumah rusak yang berhadapan dengan bibir pantai. Perhatiannya pun lansung tertuju pada tumpukan buku yang masih basah di kusen jendela. Namun tak disangka, tangisnya tiba-tiba pecah setelah mengetahui tumpukan buku itu adalah kitab suci Al Quran.
“Al Quran, Al Quran,” ungkapnya berbisik seiring air matanya membasahi pipi.

Satu per satu Al Quran itu ia buka. Cukup lama Gulbahar Cililova meratapi kitab suci yang basah itu hingga dihampiri oleh seorang wanita berhijab merah korban tsunami setempat.
Melihat Gulbahar Cililova menangis saat menemukan tumpukan Al Quran, wanita ini pun ikut sedih. Meski demikian, wanita berhijab merah ini berusaha menghibur Gulbahar Cililova dengan mengelus-elus pundaknya.

Gulbahar Cililova merupakan salah-satu Uyghur yang merasakan pahitnya kamp reedukasi pemerintah Cina. Selama 20 tahun, wanita asal Kazakhstan ini melakukan perjalanan bisnis lintas negera ke wilayah Cina. Namun bisnisnya terhenti setelah pemerintah Cina menangkapnya pada Mei 2017 silam dan memenjarakannya di kamp reedukasi selama setahun. Ia dituduh melakukan transfer dana ilegal kepada seorang bernama Nur Mohamed di Xinjiang.
Menurut penuturannya, kamp reedukasi berbentuk ruangan pengap berukuran 7x6x3 meter. Di sana seluruh tahanan dibatasi gerak-geriknya termasuk ibadah.
Admin